Jet Siluman B-2 AS Gempur Nuklir Milik Iran Tanpa Terdeteksi – Amerika Serikat baru saja melancarkan operasi militer udara yang belum pernah terjadi sebelumnya dengan menghantam dua fasilitas utama pengayaan uranium bawah tanah milik Iran pada Minggu dini hari.
Serangan yang diberi nama sandi “Operasi Midnight Hammer” ini melibatkan pesawat pengebom siluman B-2 serta rudal jelajah Tomahawk dan dilaporkan berhasil memukul mundur program nuklir Iran tanpa terdeteksi oleh sistem pertahanan udara negara tersebut.

Jet Siluman B-2 AS Gempur Nuklir Milik Iran Tanpa Terdeteksi
Operasi Untuk menghancurkan Fasilitas Nuklir Milik Iran ini telah dipersiapkan dalam waktu yang panjang, dengan melibatkan sejumlah strategi pengelabuan dan taktik pengalihan perhatian di detik-detik akhir agar kejutan taktis tetap terjaga.
Pentagon menyebut serangan ini sebagai aksi militer presisi yang dianggap sebagai pukulan strategis terhadap ambisi nuklir Teheran. Kendati demikian, pihak Iran membantah adanya kerusakan parah dan menyatakan siap melakukan aksi balasan.
Salah satu faktor utama yang menentukan keberhasilan misi ini adalah strategi penipuan tingkat tinggi yang dijalankan secara cermat.
Beberapa hari sebelum serangan dimulai, mantan Presiden Trump secara terbuka mengklaim akan mempertimbangkan keputusan soal Iran dalam dua pekan mendatang, yang sebenarnya digunakan sebagai pengalih perhatian untuk menyamarkan niat serangan.
Pada hari Sabtu, sekelompok pesawat B-2 secara sengaja diterbangkan ke arah barat dari Missouri menuju pangkalan AS di kawasan Pasifik. Langkah ini menarik perhatian para pemantau penerbangan sipil, jurnalis, dan sejumlah pejabat, yang mengira inilah awal dari serangan. Namun di saat yang sama, tujuh pesawat B-2 lainnya yang membawa dua bom penghancur bunker terbang diam-diam ke arah timur, menjaga komunikasi seminimal mungkin demi menghindari deteksi.
Menurut laporan PBS, Jenderal Dan Caine dari Angkatan Udara menyampaikan bahwa seluruh rangkaian siasat ini merupakan bagian dari upaya menjaga kejutan operasional. Hanya sejumlah kecil perwira dan perencana militer di Washington serta Florida, markas Komando Pusat AS, yang memiliki akses ke seluruh detail misi.

Sekitar satu jam sebelum pesawat B-2 memasuki langit Iran, kapal selam milik AS yang sudah siaga di perairan regional lebih dahulu meluncurkan lebih dari dua puluh rudal jelajah Tomahawk ke beberapa sasaran penting, termasuk fasilitas di Isfahan yang berfungsi sebagai tempat pemrosesan awal uranium. Serangan gelombang pertama ini bertujuan untuk mengganggu sistem pertahanan Iran.
Ketika armada pengebom AS mendekati target, mereka tetap memantau aktivitas pertahanan Iran, namun tidak menemui hambatan berarti dari jet tempur atau rudal darat-ke-udara. Pada pukul 18.40 waktu Washington atau sekitar pukul 02.10 dini hari di Teheran, pesawat pengebom pertama menjatuhkan dua bom GBU-57, jenis bom bunker buster seberat 13 ton, di fasilitas Fordo yang dibangun dalam lapisan tanah yang sangat dalam.
Ini menjadi momen perdana penggunaan bom penghancur bunker dalam kondisi tempur nyata. Setiap bom dirancang untuk menembus kedalaman tanah sebelum meledak, menimbulkan dampak destruktif terhadap struktur bawah tanah. Fasilitas Fordo menjadi sasaran utama, sementara sebagian bom lainnya diarahkan ke pusat pengayaan di Natanz. Rentetan pemboman tersebut berlangsung sekitar tiga puluh menit dan diakhiri oleh tembakan rudal dari kapal selam yang menghantam target tambahan, termasuk situs nuklir ketiga di Isfahan.
Meski serangan berlangsung intens dan terkoordinasi, pihak Iran bersama pengamat dari Badan Energi Atom Internasional menyatakan belum menemukan tanda-tanda kontaminasi radioaktif di wilayah sekitar lokasi sasaran.

Data dan Fakta di Balik Misi Bersejarah
Operasi militer bersandi “Midnight Hammer” menjadi tonggak baru dalam sejarah kekuatan udara Amerika Serikat karena menggabungkan skala besar, perencanaan matang, dan teknologi mutakhir dalam satu misi tunggal. Dalam serangan tersebut, sebanyak 75 senjata presisi tinggi dikerahkan, termasuk 14 bom super berat GBU-57 “penghancur bunker” yang diluncurkan oleh tujuh unit pesawat siluman B-2 Spirit. Ditambah, lebih dari 24 rudal jelajah Tomahawk dilepaskan dari kapal selam tempur yang berlayar di sekitar wilayah target.
Total 125 unit pesawat terlibat, terdiri dari pembom strategis, jet tempur pengawal, hingga pesawat tanker untuk pengisian bahan bakar di udara. Seluruh kekuatan udara itu berperan besar dalam memastikan pesawat B-2 bisa menempuh perjalanan sejauh ribuan kilometer secara senyap dan tepat waktu. Selama 18 jam penerbangan, seluruh awak pesawat B-2 menjalankan misi tanpa gangguan berarti, dengan dukungan logistik udara yang terus mengisi bahan bakar di tengah perjalanan.
Menariknya, salah satu pilot dari misi strategis ini adalah perempuan—hal yang menambah catatan penting tentang peran perempuan dalam jajaran militer strategis AS. Keberadaan awak wanita dalam operasi militer skala besar juga menunjukkan bahwa pengaruh perempuan dalam bidang pertahanan terus meningkat.
Jenderal Dan Caine, salah satu pimpinan tertinggi di jajaran Angkatan Udara AS, menegaskan bahwa penggunaan GBU-57 menjadi momen penting. Ia menyebut ini sebagai serangan terbesar yang pernah dilakukan oleh B-2, dan hanya satu kali kalah panjang durasi terbangnya dari operasi militer pasca tragedi 9/11. Menurutnya, keberhasilan misi ini membuktikan betapa efektif dan tak terdeteksinya kekuatan B-2 Spirit di langit musuh.
Sebelum menyeberang ke wilayah Iran, rombongan pesawat pembom dikawal oleh jet tempur siluman serta unit pengintai udara. Pentagon bahkan merilis jalur penerbangan yang menampilkan lintasan strategis melalui wilayah udara Lebanon, Suriah, hingga Irak. Langkah ini memastikan seluruh pergerakan pesawat tetap berada di bawah radar dan meminimalkan kemungkinan deteksi dari sistem pertahanan lawan.
Menteri Pertahanan AS, Pete Hegseth, menyatakan dengan yakin bahwa seluruh jet pembom berhasil menjalankan misi dan kembali ke pangkalan tanpa satu pun deteksi dari pihak luar. Menurutnya, ini merupakan salah satu contoh paling mengesankan dari kekuatan serangan senyap milik AS yang dilakukan dengan akurasi tinggi dan waktu yang presisi.
Namun demikian, keberhasilan ini bukan tanpa konsekuensi. Iran telah menyatakan sikap bahwa mereka akan membalas serangan tersebut. Hal ini menimbulkan kekhawatiran akan pecahnya konflik terbuka yang lebih luas di kawasan Timur Tengah, terlebih setelah AS secara terbuka menyerang tiga fasilitas pengayaan uranium Iran dalam waktu bersamaan. Reaksi keras dari Teheran menjadi sinyal bahwa tensi geopolitik akan terus meningkat dalam waktu dekat.
