Trailer 28 Years Later: Hidup Dijaman Serangan Zombie – Sinopsis 28 Years Later Sekelompok individu yang tinggal di sebuah pulau terpencil harus bertahan hidup dari serangan wabah zombie. Namun mereka tak bisa terus bersembunyi, karena sebuah misi memaksa mereka keluar dari zona aman. Dari situlah awal perjuangan hidup dimulai. Trailer 28 Years Later: Hidup Dijaman Serangan Zombie

Trailer 28 Years Later: Hidup Dijaman Serangan Zombie
Penonton akan diajak kembali ke dunia yang kacau dan dipenuhi makhluk buas. Lebih dari dua dekade sejak perilisan 28 Days Later, sutradara Danny Boyle kembali menyajikan kelanjutan dari semesta post-apokaliptik yang telah ia bangun.

Review 28 Years Later
Saat ini cerita tentang zombie yang bisa berlari mungkin terasa biasa saja. Tapi ketika 28 Days Later muncul di tahun 2002, konsep zombie yang bisa mengejar manusia secepat pelari maraton adalah teror yang tak mudah dilupakan. Ditulis oleh Alex Garland dan diarahkan oleh Danny Boyle, film itu menjadi titik balik genre film zombie. Tanpa kehadirannya, bisa jadi kita tak akan menyaksikan film-film seperti World War Z atau serial terkenal seperti The Walking Dead.
Setelah sekuel keduanya kurang menggugah, Garland dan Boyle kembali ke dunia yang mereka ciptakan lewat 28 Years Later. Ceritanya berpusat pada sekelompok penyintas yang hidup damai di sebuah pulau kecil, jauh dari kekacauan. Fokus utama jatuh pada Spike (diperankan oleh Alfie Williams), bocah 12 tahun yang di awal film diperlihatkan belajar membunuh zombie dari ayahnya, Jamie (Aaron Taylor-Johnson).
Setelah waktu berlalu, manusia menemukan cara baru menghadapi wabah ini. Beberapa zombie kini tampak lemah, bahkan ada yang mengalami obesitas karena mengonsumsi apa saja demi bertahan hidup, termasuk cacing. Namun, ada jenis yang lebih berbahaya: Alpha, jenis zombie tangguh dengan kekuatan luar biasa. Mereka tak mudah dilumpuhkan hanya dengan panah atau senjata ringan.

Perjalanan Spike dalam menjadi pemburu zombie tidak selalu mulus. Meskipun Jamie bangga dengan putranya, keputusan Jamie terhadap kondisi sang ibu, Isla (Jodie Comer), membuat Spike nekat membawa ibunya keluar dari pulau. Tindakannya memulai rangkaian kejadian yang berbahaya dan penuh risiko.
Ada dua kabar soal film ini, tergantung ekspektasi penonton. Jika berharap akan sajian mirip 28 Days Later yang penuh aksi menegangkan dan kejar-kejaran tanpa henti, film ini mungkin mengecewakan.
Tapi jika menginginkan pendekatan baru pada Film genre zombie, maka film ini justru menyegarkan. Sebagai tayangan musim panas, film ini tetap menyuguhkan ketegangan, seperti pertemuan pertama dengan Alpha atau adegan intens dalam kereta yang ditinggalkan.
Salah satu kekuatan film orisinalnya adalah pendekatan visual yang inovatif. Pada 2002, Boyle menggunakan kamera digital untuk menciptakan gaya sinematografi yang unik. Kini, dengan sentuhan iPhone, 28 Years Later tetap mempertahankan gaya eksperimental tersebut, yang justru menambah intensitas ketegangan.
Boyle bekerja sama lagi dengan sinematografer Anthony Dod Mantle, menghasilkan gambar yang dinamis dan warna-warna alam yang menawan. Kombinasi antara keindahan lanskap dan kekerasan dunia yang digambarkan menciptakan atmosfer visual yang sangat khas.
Yang mengejutkan, film ini ternyata juga punya sisi lain. Garland dan Boyle membungkus ceritanya dalam bingkai drama tumbuh dewasa. Ini memang film zombie, tapi juga tentang remaja yang dibesarkan dalam lingkungan tanpa teknologi, tanpa internet, dan tanpa kemewahan hiburan. Hidupnya hanya berkisar pada cara bertahan.
Itulah sebabnya, ketika film ini perlahan bergerak ke arah drama emosional di bagian akhir, 28 Years Later berubah menjadi refleksi yang menyentuh tentang hidup dan kematian. Awalnya memang terasa janggal bahwa film penuh kengerian bisa memiliki sisi filosofis. Tapi saat penonton menerima pendekatan ini, pengalaman menontonnya menjadi lebih kaya.
Satu kelemahan dari film ini mungkin ada pada fakta bahwa kisahnya belum selesai. Perjalanan Spike belum tuntas karena film ini adalah bagian pertama dari trilogi baru karya Garland. Namun dengan pembuka yang sangat meyakinkan seperti ini, penonton tentu menanti kelanjutan bab selanjutnya dengan antusias.
