Detik Pulsa – Korea Selatan Segera Bangun Pangkalan di Bulan 2045, Korea Selatan berambisi membangun fasilitas permanen di Bulan pada tahun 2045. Rencana ini sejalan dengan peta jalan eksplorasi ruang angkasa nasional jangka panjang yang baru diumumkan negara tersebut.

Korea Selatan Segera Bangun Pangkalan di Bulan 2045
Badan Antariksa Korea Selatan (KASA) memaparkan visi baru mereka dalam bidang eksplorasi luar angkasa dalam sebuah forum publik yang digelar di Yayasan Riset Nasional Korea, yang berlokasi di kota Daejeon.
Peta jalan ini membagi fokus eksplorasi ke dalam beberapa wilayah, yaitu orbit Bumi, Bulan, heliosfer, dan ruang angkasa bagian dalam. Lima misi utama turut dijabarkan, di antaranya adalah eksplorasi orbit rendah Bumi, penelitian kondisi gayaberat mikro, penjelajahan Bulan, serta misi ilmiah yang terkait dengan Matahari dan ruang angkasa.
Dalam hal eksplorasi Bulan, KASA menargetkan pengembangan teknologi pendaratan dan sistem mobilitas mandiri, pemanfaatan sumber daya alam di permukaan Bulan, serta pembangunan infrastruktur untuk mendukung aktivitas ekonomi di sana.
Menjelang tahun 2040, Korea Selatan berencana menciptakan pendarat Bulan generasi baru yang akan digunakan untuk logistik sebagai langkah awal menuju pembangunan basis ekonomi di Bulan pada 2045.
Sementara itu, dalam eksplorasi terkait Matahari dan Heliosfer, peta jalan tersebut mencakup pengembangan wahana khusus untuk memantau aktivitas matahari guna mendukung keselamatan misi luar angkasa.
KASA juga memiliki rencana untuk meluncurkan satelit pemantau Matahari ke titik Lagrange L4 pada tahun 2035, sebuah lokasi di mana gaya tarik Matahari dan Bumi berada dalam keseimbangan.

China Akan Bangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir di Bulan
Meskipun terdengar seperti alur cerita fiksi ilmiah, rencana pembangunan pembangkit listrik bertenaga nuklir di luar angkasa benar-benar sedang disiapkan oleh China. Negara tersebut berniat membangun fasilitas tenaga nuklir di Bulan sebagai sumber energi bagi stasiun penelitian permanen yang tengah dirancang bersama Rusia.
Dalam sebuah pemaparan kepada perwakilan negara asing dan lembaga internasional di Shanghai, para ilmuwan mempresentasikan rencana paling komprehensif sejauh ini terkait proyek International Lunar Research Station (ILRS). Pangkalan gabungan yang akan dihuni secara permanen itu ditargetkan mulai dibangun pada 2035, dan China berambisi mendaratkan astronaut di Bulan dalam lima tahun ke depan.
Misi Chang’e-8 yang dijadwalkan pada 2028 menjadi langkah awal menuju pembangunan fasilitas berawak di Bulan. Ini sekaligus menandai upaya China untuk bersaing langsung dengan Amerika Serikat dalam pengembangan eksplorasi bulan dan pemanfaatan tenaga nuklir sebagai sumber daya utama.
Dalam presentasi tersebut, Pei Zhaoyu selaku Kepala Insinyur untuk misi tahun 2028 menjelaskan bahwa selain teknologi nuklir, pangkalan Bulan juga akan menggunakan panel surya berukuran besar serta sistem jaringan pipa dan kabel di permukaan Bulan untuk menyalurkan listrik dan panas.

Gagasan membangun pembangkit listrik tenaga nuklir di Bulan sebelumnya sudah mendapat dukungan dari badan antariksa Rusia, Roscosmos. Pada tahun lalu, Rusia menyatakan akan bekerja sama dengan Badan Antariksa Nasional China (CNSA) untuk membangun reaktor nuklir di permukaan Bulan pada 2035 guna menyuplai energi bagi ILRS.
Walaupun China belum pernah secara resmi mengonfirmasi dukungannya terhadap proyek reaktor nuklir ini, penyampaian rencana tersebut dalam forum internasional mengindikasikan bahwa China menyetujui inisiatif tersebut.
Wu Weiren, kepala perancang program eksplorasi Bulan China, menyampaikan bahwa tantangan utama dalam proyek ILRS adalah penyediaan sumber energi. Ia menyebut bahwa Rusia memiliki keunggulan dalam hal teknologi pembangkit tenaga nuklir dan pengirimannya ke luar angkasa, bahkan lebih unggul dibandingkan Amerika Serikat.
Wu juga menyampaikan harapan agar kedua negara dapat bersama-sama mengirimkan reaktor nuklir ke Bulan. Sementara itu, Rusia sedang mengembangkan wahana luar angkasa bertenaga nuklir yang digambarkan sebagai kapal penarik antariksa.
Yury Borisov, mantan pimpinan Roscosmos, menyatakan bahwa struktur besar tersebut mampu, dengan bantuan reaktor nuklir dan turbin berdaya tinggi, memindahkan muatan dalam jumlah besar antar orbit, membersihkan puing luar angkasa, serta menjalankan berbagai fungsi lainnya.
