Jangan Tampilkan Lagi Ya, Saya Mau!

AI Makin Canggih, Tren Siber 2026 Bikin Deepfake Realtime

AI Makin Canggih, Tren Siber 2026 Bikin Deepfake Realtime

DetikPulsa – AI Makin Canggih, Ketua Lembaga Riset Keamanan Siber dan Komunikasi CISSReC, Pratama Persadha, menilai kemajuan teknologi kecerdasan buatan yang kian pesat membuat penipuan siber menjadi semakin berbahaya. Salah satu ancaman yang kini mengemuka adalah kemampuan deepfake yang dapat dijalankan secara realtime.

AI Makin Canggih, Tren Siber 2026 Bikin Deepfake Realtime
Kecerdasan buatan

AI Makin Canggih, Tren Siber 2026 Bikin Deepfake Realtime

Ia menjelaskan bahwa kemajuan GPU modern serta optimalisasi model deepfake membuat proses manipulasi visual dan audio menjadi jauh lebih ringan. Dengan kondisi tersebut, teknologi ini bahkan bisa dijalankan hanya menggunakan laptop gaming kelas menengah.

“Kemampuan deepfake secara realtime dalam panggilan video saat ini sudah mencapai tingkat yang sangat realistis. Dukungan GPU generasi baru dan efisiensi model membuat prosesnya jauh lebih ringan dibanding beberapa tahun lalu,” kata Pratama, Kamis (11/12).

Ia menambahkan, penipuan semacam ini tidak lagi membutuhkan perangkat komputasi berskala besar. Laptop gaming dengan GPU berkapasitas 6–8 GB VRAM sudah cukup untuk menjalankan model deepfake realtime dengan hasil yang meyakinkan.

Selain itu, sejumlah teknik berbasis cloud turut menekan kebutuhan perangkat lokal. Siapa pun yang memiliki akses internet serta metode pembayaran dapat memanfaatkan layanan manipulasi wajah dan suara melalui platform AI-as-a-Service.

Dengan kata lain, hambatan teknis untuk melakukan kejahatan siber semakin rendah. Pelaku tidak lagi dituntut memiliki keahlian teknis tingkat tinggi. Mereka cukup mengandalkan kecakapan sosial, kreativitas, serta akses ke perangkat lunak yang kini tersedia luas untuk menjalankan aksi penipuan.

Pratama menilai perkembangan AI dalam dua tahun terakhir telah mengubah lanskap keamanan siber secara signifikan. Model AI generatif kini semakin efisien, kebutuhan komputasinya lebih terjangkau, dan akses terhadap teknologinya semakin terbuka.

Perubahan ini memang mendorong inovasi positif, namun di sisi lain juga menciptakan peluang baru bagi kejahatan siber. Salah satu wujudnya adalah penipuan berbasis deepfake yang berevolusi dari manipulasi video statis menjadi pemalsuan visual dan audio secara langsung.

“Kondisi ini membuat masyarakat dan organisasi menghadapi ancaman yang lebih kompleks, karena batas antara interaksi asli dan palsu semakin sulit dibedakan,” ujarnya.

AI Makin Canggih, Tren Siber 2026 Bikin Deepfake Realtime
Teknologi AI

Deepfake realtime dinilai sangat memungkinkan berkat hadirnya berbagai model AI, baik open-source maupun komersial, yang mampu memanipulasi wajah dan suara dengan latensi sangat rendah, bahkan hanya dalam hitungan puluhan milidetik.

Situasi tersebut memungkinkan pelaku menyamar sebagai atasan, rekan kerja, atau anggota keluarga dalam panggilan langsung tanpa perlu merekam atau menyunting materi terlebih dahulu. Dalam konteks rekayasa sosial, kemampuan realtime ini menghilangkan jeda waktu yang sebelumnya menjadi kelemahan deepfake konvensional, sehingga korban merasa berinteraksi secara alami dengan manusia sungguhan.

Tren Siber 2026

Penipuan berbasis AI diperkirakan akan menjadi tren utama pada 2026, dengan tingkat otomatisasi dan personalisasi yang semakin tinggi. Pratama menyebut kombinasi data hasil kebocoran, informasi publik, serta model AI yang mampu meniru gaya bicara dan perilaku individu akan memperkuat praktik impersonation fraud yang kian sulit terdeteksi.

“Penipuan investasi dan keuangan akan semakin sering dikemas menggunakan deepfake yang menampilkan figur selebritas, pejabat, atau tokoh publik,” jelasnya.

Selain itu, serangan business email compromise yang sebelumnya mengandalkan teks diperkirakan bergeser menjadi business identity compromise melalui pemalsuan panggilan video pejabat perusahaan.

AI Makin Canggih, Tren Siber 2026 Bikin Deepfake Realtime
Deepfake

Pratama juga menilai AI akan dimanfaatkan untuk menemukan sekaligus mengeksploitasi celah keamanan secara otomatis, memicu gelombang serangan yang menggabungkan rekayasa sosial dengan eksploitasi teknis dalam waktu bersamaan.

Menurutnya, regulasi dan literasi digital sebagai respons terhadap penipuan siber akan terus berkembang, namun laju serangan diperkirakan tetap lebih cepat dibanding kemampuan adaptasi masyarakat.

Dalam kondisi tersebut, masyarakat dan organisasi perlu memahami bahwa ancaman siber kini tidak lagi sekadar soal peretasan teknis.

“Identitas digital telah menjadi sasaran sekaligus alat serangan. Kemampuan membedakan interaksi yang autentik dengan yang artifisial akan menjadi keterampilan penting, baik bagi individu maupun institusi,” tegas Pratama.

Di sisi lain, teknologi pendeteksi deepfake juga akan terus dikembangkan, meski efektivitasnya dibatasi oleh cepatnya evolusi teknik manipulasi berbasis AI.

Lebih lanjut, aspek paling krusial adalah membangun budaya verifikasi berlapis, menerapkan kebijakan anti-penipuan yang lebih ketat, serta meningkatkan kesiapan organisasi dalam menghadapi serangan berbasis identitas yang semakin canggih.

“Dengan langkah tersebut, masyarakat diharapkan dapat memasuki 2026 dengan kesiapan yang lebih baik dalam menghadapi ekosistem ancaman yang semakin ditopang oleh kecerdasan buatan,” pungkasnya.

AI Makin Canggih, Tren Siber 2026 Bikin Deepfake Realtime
Teknologi
Share: