Detik Pulsa – Review Film Terbaru Demon Slayer, Demon Slayer The Movie: Infinity Castle berhasil menjadi pembuka yang kuat untuk trilogi penutup saga Kimetsu no Yaiba. Kesuksesan ini tak lepas dari kekuatan cerita, kualitas visual, serta musik pengiring yang konsisten terjaga selama lebih dari dua setengah jam.
Review Film Terbaru Demon Slayer – Infinity Castle 2025
Sebagai arc terakhir dalam manga populer tersebut, Infinity Castle hadir dengan membawa ekspektasi yang tinggi sekaligus beban besar untuk menutup perjalanan panjang Tanjiro dan kawan-kawan.
Taruhannya semakin besar karena Ufotable, studio yang menggarap Demon Slayer sejak awal, memilih menyajikan arc penutup ini dalam format film layar lebar, bukan serial.
Keputusan itu membuat film perdana berjudul Part 1: Akaza Returns harus berfungsi lebih dari sekadar cerita mandiri. Ia juga menjadi tolok ukur seberapa baik trilogi ini akan dieksekusi.
Pilihan tersebut ternyata tepat. Setelah menyaksikan film selama 155 menit, jelas terlihat bahwa Infinity Castle Part 1 dikemas dengan sejumlah elemen unggulan yang menegaskan potensinya sebagai pengantar menjanjikan untuk dua bagian berikutnya.
Ufotable menunjukkan penguasaan mendalam terhadap materi Kimetsu no Yaiba, berbekal pengalaman panjang mengadaptasi kisah Tanjiro Kamado ke layar kaca maupun layar lebar.
Keunggulan produksi ini membuat Infinity Castle Part 1 tidak hanya menyalip film anime lain, tetapi juga melampaui pencapaian Demon Slayer di arc atau musim sebelumnya. Hal itu paling nyata terlihat dari cara kisah disampaikan dengan hanya menggunakan Infinity Castle sebagai latar utama.
Cerita berfokus pada Korps Pembasmi Iblis bersama para Hashira yang dijebak oleh Muzan Kibutsuji di markasnya, Infinity Castle.
Walau satu lokasi berisiko membatasi variasi visual, kreativitas tim animasi di bawah arahan Haruo Sotozaki justru menghadirkan kastil tersebut sebagai arena tempur yang selalu berubah, penuh dinamika, dan kaya warna. Detail arsitektur bangunannya dikerjakan dengan teliti sehingga tidak terasa monoton.
Film ini kemudian menyajikan tiga duel besar antara para Hashira dengan Iblis Bulan Atas: Shinobu Kocho menghadapi Doma, Zenitsu berhadapan dengan Kaigaku, serta Tanjiro Kamado bersama Giyu Tomioka melawan Akaza.
Ketiga pertempuran itu dihadirkan dalam babak terpisah yang nyaris berdiri sendiri, membuat Infinity Castle sesekali terasa seperti rangkaian tiga kisah berbeda. Namun, sutradara berhasil menyatukan semuanya melalui benang merah yang konsisten: tekad membunuh Muzan dan menghapus keberadaan iblis dari dunia.
Infinity Castle tetap mempertahankan ciri khas anime dengan menghadirkan kilas balik di tengah pertarungan sengit. Meski awalnya terasa janggal, adegan flashback itu justru memberi lapisan tambahan yang memperdalam cerita.
Pada dua pertempuran awal, yakni Shinobu melawan Doma serta Zenitsu menghadapi Kaigaku, kilas balik tersebut membantu membuat alur laga terasa lebih hidup dan tidak sekadar menampilkan aksi tanpa emosi.
Peran kilas balik menjadi semakin penting pada pertarungan utama yang mempertemukan kembali Tanjiro Kamado dengan Akaza. Pertempuran ini tidak hanya menyoroti kerja sama Tanjiro dengan Giyu, tetapi juga membuka sisi lain dari Akaza lewat masa lalunya.
Kisah sebelum Akaza menjadi Iblis Bulan Atas Tiga diceritakan dengan detail. Latar kehidupannya sebagai pemuda bernama Hakuji menghadirkan rasa simpati yang kuat, sehingga penonton sulit sekadar melihatnya sebagai sosok antagonis.
Tragedi hidup Hakuji yang berujung menjadi Akaza diakhiri dengan kesimpulan penuh emosi, menjadikan bagian ini salah satu kekuatan terbesar Infinity Castle Part 1 dalam hal penceritaan.
Tiga pertarungan besar yang disajikan juga dibalut dengan visual memukau. Ufotable tidak hanya mengutamakan gradasi warna yang indah, tetapi juga memperhatikan koreografi tiap gerakan pertarungan hingga terasa halus dan mengalir.
Pengalaman menonton semakin lengkap berkat musik latar yang mengiringi setiap adegan dengan intensitas tinggi. Alunan scoring menjaga tensi film tetap tegang dari awal hingga akhir.
Perpaduan antara alur cerita yang emosional, visual menawan, dan musik dramatis berhasil menciptakan satu kesan utama dari Infinity Castle, yakni suasana genting yang konstan. Pencapaian ini menjadi fondasi penting sebelum saga berlanjut ke dua film penutup.
Apabila konsistensi kualitas ini terus dijaga hingga akhir, Demon Slayer berpotensi meninggalkan warisan sinematik yang mendalam dan sulit dilupakan oleh para penggemarnya.