DetikPulsa – China Pamer Senjata Laser LY-1, Pemerintah China menampilkan salah satu Persenjataan tercanggih Milik China dalam parade militer di Lapangan Tiananmen, Beijing, pada Rabu 3 September 2025. Dalam perayaan Hari Kemenangan yang memperingati 80 tahun berakhirnya Perang Perlawanan Rakyat China melawan Agresi Jepang serta Perang Anti-Fasis Dunia, ditunjukkan empat jenis senjata pertahanan udara kapal yang membentuk satu kesatuan sistem lengkap.

China Pamer Senjata Laser LY-1 Sistem Antirudal Paling Kuat
Berbagai alutsista pertahanan kapal perang milik Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) diperlihatkan ke masyarakat luas sebagai pesan kepada dunia. Acara yang digelar setiap satu dekade sekali itu juga dihadiri Presiden RI Jenderal (Purn) Prabowo Subianto.
Seorang analis militer menuturkan kepada Global Times bahwa keempat jenis senjata tersebut memiliki keunikan tersendiri. Bila digunakan bersama, kombinasi ini mampu menyediakan perlindungan udara pada jarak jauh, menengah, hingga dekat, menghadang gempuran berbagai macam senjata antikapal, dan membangun lapisan perlindungan menyeluruh bagi armada laut.
Empat persenjataan yang ditampilkan dalam parade meliputi HHQ-9C, HQ-16C, sistem pertahanan udara jarak dekat, serta senjata laser kapal LY-1. Kesemuanya membentuk jaringan pertahanan berlapis dari jarak terdekat hingga terjauh.
Yang menjadi pusat perhatian adalah kemunculan perdana senjata laser LY-1 di depan publik. Zhang menjelaskan bahwa dengan ruang cukup untuk unit tenaga di kapal, LY-1 mampu menghasilkan daya yang lebih besar. Hal ini membuatnya sanggup mencegat serangan dari drone maupun rudal antikapal dengan biaya intersepsi yang sangat rendah.
Menurut Zhang, sebagai senjata laser, LY-1 dapat mengatasi jeda waktu yang biasanya terjadi antara penguncian target radar kapal dan proses penembakan senjata udara konvensional. Senjata ini juga menghindari masalah dispersi tembakan yang besar pada senjata jarak dekat tradisional. Ia meyakini LY-1 mampu mewujudkan prinsip “membidik berarti mengunci, menembak berarti mengenai sasaran” dengan tingkat ketepatan yang tinggi, sekaligus merusak sensor optik lawan.

Senjata laser kapal ini dinilai memiliki kelebihan besar dalam hal akurasi penghancuran dan daya tembak berkelanjutan. Sementara itu, rudal HHQ-9C dirancang khusus untuk menghadang ancaman dari rudal antikapal berkecepatan tinggi, termasuk rudal balistik. Zhang menekankan bahwa rudal tersebut bisa mencegat rudal hipersonik dengan efektivitas tinggi, dan karena ukurannya terjaga, kapal perang China dapat menampung lebih banyak unit di peluncur vertikalnya.
HQ-16C berfungsi melengkapi HHQ-9C sebagai sistem pertahanan jarak menengah. Dengan ukuran lebih kecil, rudal ini dapat dipasang dalam jumlah besar pada fregat, efektif menghadang rudal jelajah antikapal baik subsonik maupun supersonik.
Selain itu, ditampilkan pula rudal pertahanan udara jarak dekat yang dipasang di kapal. Rudal ini berperan menangkap serangan yang lolos dari lapisan sebelumnya, termasuk rudal antikapal supersonik. Zhang menyebut kombinasi keseluruhan senjata tersebut mampu menghadang berbagai macam ancaman rudal antikapal dan menahan gempuran serangan bertubi-tubi.
Sistem Pertahanan Udara Antirudal
Presiden China Xi Jinping (72) menekankan bahwa dunia kini berada di persimpangan pilihan antara perdamaian atau peperangan, serta dialog atau pertentangan. Hal itu ia sampaikan pada Rabu, 3 September 2025, dalam pidato menjelang parade militer besar yang digelar untuk memperingati 80 tahun kemenangan China atas Agresi Jepang sekaligus berakhirnya Perang Dunia II.
Dalam pidatonya yang singkat, Xi yang mengenakan setelan bergaya Mao Zedong, mengenang jasa para veteran dan menyerukan agar akar penyebab perang diberantas sehingga tragedi serupa tidak terulang. Namun inti dari pesannya mengarah pada masa depan: China kini kuat, tidak gentar menghadapi siapa pun, dan siap memainkan peran lebih besar di kancah global.
“Bangsa China tidak takut pada kekerasan, berdiri mandiri, serta tangguh,” ucapnya dikutip AP. “Kami akan terus berjalan di jalur pembangunan damai dan bekerja sama dengan rakyat dunia untuk membangun komunitas dengan masa depan bersama bagi umat manusia.”
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/5337603/original/067819400_1756921929-image.jpg)
Parade yang berlangsung sekitar satu setengah jam itu memperlihatkan rudal, jet tempur, serta berbagai perlengkapan militer, sebagian untuk pertama kalinya. Acara diawali dengan barisan pasukan yang melangkah kompak di sepanjang jalan utama. Xi, sebagai ketua Komisi Militer Pusat, memimpin pemeriksaan pasukan dengan menaiki limusin Hongqi hitam klasik di Jalan Chang’an, pusat Beijing.
Ia berdiri tegak dari sunroof kendaraan, dengan empat mikrofon di hadapannya, lalu memberikan salam ketika melintasi barisan persenjataan. Pasukan kemudian serempak membalas dengan meneriakkan slogan “Kami mengabdi kepada rakyat.”
Parade tersebut dihadiri sejumlah pemimpin dunia, termasuk Presiden Rusia Vladimir Putin, Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, hingga Presiden Indonesia Prabowo Subianto. Beragam alutsista modern dipamerkan, mulai dari drone hingga rudal berhulu ledak nuklir.
Untuk pertama kalinya, senjata laser LY-1 diperlihatkan kepada publik. Perangkat yang dipasang di atas kendaraan lapis baja itu disebut mampu melumpuhkan sistem elektronik lawan atau bahkan membutakan pilot. Selain itu, ditampilkan pula berbagai drone, termasuk yang dikendalikan kecerdasan buatan, serta kendaraan bawah laut tanpa awak berukuran besar AJX002 sepanjang sekitar 20 meter yang dirancang untuk misi pengawasan.
China juga memperkenalkan drone siluman GJ-11, yang dapat terbang berdampingan dengan jet tempur berawak, serta robot berkaki empat mirip serigala yang bisa dipakai dalam operasi ranjau, pengintaian, maupun pertempuran darat.
Salah satu sorotan utama adalah rudal balistik antarbenua berhulu ledak nuklir Dongfeng-5C, versi terbaru keluarga rudal “Dongfeng” yang mampu membawa hingga 12 hulu ledak dalam sekali luncur dengan jangkauan sekitar 20 ribu kilometer, sehingga dapat mencapai seluruh wilayah Amerika Serikat dari daratan China. Rudal ini berbasis silo dan berfungsi sebagai penangkal strategis.
Selain DF-5C, parade juga menampilkan rudal nuklir lain seperti Dongfeng-61, Dongfeng-31, hingga rudal berbasis laut Julang-3. Turut ditampilkan pula rudal jelajah udara Jinglei-1. Kehadiran berbagai jenis rudal ini menjadi kali pertama China secara terbuka menunjukkan kemampuan nuklir triad, yaitu peluncuran senjata nuklir dari darat, laut, dan udara. Media resmi Xinhua menyebutnya sebagai kartu andalan untuk menjaga kedaulatan dan kehormatan negara.
Meski informasi tentang DF-61 masih terbatas, model sebelumnya memiliki jangkauan lebih dari 12 ribu kilometer dan mampu membawa beberapa hulu ledak sekaligus.
Selain rudal balistik, parade juga memamerkan rudal jelajah seperti Changjian-20A, Yingji-18C, Changjian-1000, serta Jinglei-1. Senjata hipersonik juga ikut diperlihatkan, termasuk rudal anti-kapal Yingji-19, Yingji-17, dan Yingji-20, yang sebelumnya diuji terhadap tiruan kapal induk Amerika Serikat. Deretan rudal lain seperti Yingji-21, Dongfeng-17, dan Dongfeng-26D juga dipamerkan, seluruhnya dilaporkan memiliki kemampuan tempur di segala kondisi.
