Jangan Tampilkan Lagi Ya, Saya Mau!

3 Hari ini Lebih Cepat di Juli-Agustus 2025

3 Hari ini Lebih Cepat di Juli-Agustus 2025

3 Hari ini Lebih Cepat di Juli-Agustus 2025 – Diperkirakan bahwa Bumi akan mengalami percepatan rotasi pada bulan Juli dan Agustus 2025, bertentangan dengan kecenderungan umum yang menunjukkan rotasi semakin melambat seiring waktu.

Meski ada penjelasan logis terkait peningkatan kecepatan rotasi selama musim panas ini, lonjakan terbaru dalam kecepatan rotasi justru menimbulkan tanda tanya di kalangan ilmuwan.

3 Hari ini Lebih Cepat di Juli-Agustus 2025
Perputaran Bumi

3 Hari ini Lebih Cepat di Juli-Agustus 2025

Rotasi Bumi telah mengalami perubahan besar sepanjang sejarahnya. Saat ini, planet kita menyelesaikan lebih dari 365 putaran dalam periode yang diperlukan untuk menyelesaikan satu kali revolusi mengelilingi Matahari, yang kemudian menjadi acuan jumlah hari dalam setahun.

Namun, melalui studi terhadap fosil karang purba, peneliti menemukan bahwa dahulu kala, tepatnya sekitar 444 hingga 419 juta tahun silam, Bumi berputar lebih cepat. Pada masa itu, jumlah rotasi penuh yang terjadi dalam satu tahun mencapai sekitar 420 kali.

Karang menumbuhkan lapisan tipis kalsium setiap harinya, dan karena laju pertumbuhannya lebih tinggi di musim kemarau dibandingkan musim hujan, garis-garis kalsium karbonat yang terbentuk bisa digunakan untuk menghitung jumlah hari dalam satu tahun. Berdasarkan analisis ini, para ilmuwan menyimpulkan bahwa pada masa silam, Bumi memiliki sekitar 420 hari dalam setahun, sebelum perlahan melambat akibat tarikan gravitasi Bulan.

Beragam hal dapat memengaruhi kecepatan perputaran Bumi, mulai dari perubahan volume laut hingga dinamika dalam inti planet. Namun, faktor paling dominan berasal dari interaksi gravitasi dengan Bulan, yang perlahan menjauh dan menyebabkan Bumi melambat sekitar 1,8 milidetik tiap abad.

3 Hari ini Lebih Cepat di Juli-Agustus 2025
Kalender Agustus 2025

Hari yang Lebih Pendek di Juli dan Agustus

Berikut penjabaran lengkap dan alami mengenai hari-hari yang diperkirakan lebih singkat pada Juli dan Agustus, berdasarkan pengamatan dan model dari International Earth Rotation and Reference Systems Service (IERS) serta United States Naval Observatory:

Selama beberapa dekade terakhir, panjang waktu satu hari di Bumi terus dipantau secara presisi menggunakan jam atom. Dalam kondisi normal, rotasi Bumi mengalami perlambatan secara bertahap, sehingga sesekali perlu ditambahkan detik kabisat agar sistem waktu tetap selaras. Langkah ini sangat penting untuk menjaga keakuratan berbagai sistem teknologi, termasuk navigasi satelit seperti GPS. Namun, sejak tahun 2020, para ilmuwan mencatat bahwa kecepatan rotasi Bumi justru mengalami percepatan, sebuah anomali yang cukup mencengangkan.

Pada tahun 2020, tercatat 28 hari paling singkat sejak pencatatan dimulai pada 1960. Tren ini terus berlanjut, dengan rekor hari terpendek kembali dipecahkan pada tahun-tahun berikutnya. Puncaknya terjadi pada tahun 2024, ketika satu hari tercatat berlangsung 1,66 milidetik lebih cepat dari durasi standar 86.400 detik.

Tahun 2025 diprediksi akan melanjutkan tren tersebut. Selama bulan Juli dan Agustus, beberapa hari diperkirakan akan memiliki durasi yang lebih singkat dibandingkan hari biasanya. Berikut rincian hari-hari yang dimaksud:

  • 9 Juli diprediksi hari akan lebih pendek 1,30 milidetik
  • 22 Juli diprediksi akan lebih pendek 1,38 milidetik
  • 5 Agustus diprediksi akan lebih pendek 1,5 milidetik dari hari biasanya

Meskipun pengurangan waktu ini sangat kecil dan tak terasa dalam kehidupan sehari-hari, perubahan semacam ini sangat penting bagi keakuratan sistem waktu global dan menjadi perhatian serius bagi para ilmuwan yang meneliti dinamika rotasi planet kita.

3 Hari ini Lebih Cepat di Juli-Agustus 2025
Bulan penyebab utama perlambatan rotasi Bumi dalam jangka panjang

Faktor yang Memengaruhi

Meskipun Bulan selama ini dikenal sebagai penyebab utama perlambatan rotasi Bumi dalam jangka panjang, ternyata ia juga bisa memicu percepatan. Ketika posisi Bulan menjauh dari garis khatulistiwa, pengaruh hambatannya terhadap rotasi Bumi menjadi lebih kecil. Inilah yang menjadikan beberapa hari pada tahun ini diprediksi sebagai yang paling singkat, karena Bulan berada cukup jauh dari ekuator.

Para astronom memang mampu memprediksi kapan hari-hari yang lebih pendek ini akan terjadi, namun pola yang muncul cukup sulit ditebak. Sejak 1972, sebanyak 27 detik kabisat telah ditambahkan untuk menyesuaikan perlambatan rotasi Bumi. Tetapi sejak 2016, tidak ada satu pun detik kabisat yang dibutuhkan, dan pada bulan Juni lalu, IERS mengonfirmasi bahwa tahun ini pun tidak akan dilakukan penyesuaian tersebut. Perubahan arah tren ini membuat banyak ilmuwan merasa bingung.

Judah Levine, seorang fisikawan dari divisi waktu dan frekuensi di National Institute of Standards and Technology, pernah mengatakan kepada Discover Magazine pada 2021 bahwa tidak diperlukannya detik kabisat ini adalah sesuatu yang benar-benar tidak terduga. Menurutnya, selama ini diasumsikan bahwa rotasi Bumi akan terus melambat dan kebutuhan akan detik kabisat akan tetap ada. Karena itu, perubahan ini menjadi sesuatu yang mengejutkan.

Hal serupa diungkapkan oleh Leonid Zotov, pakar rotasi Bumi dari Moscow State University, yang menyebut bahwa penyebab percepatan tersebut belum diketahui secara pasti. Ia menambahkan bahwa sebagian besar peneliti menduga penyebabnya berasal dari dalam Bumi, karena model atmosfer dan laut tidak bisa menjelaskan peningkatan kecepatan yang cukup signifikan ini.

Selain faktor luar angkasa dan dinamika internal, gempa bumi juga memiliki pengaruh terhadap kecepatan rotasi planet. Misalnya, pada Maret 2011, gempa berkekuatan 9,0 magnitudo yang melanda wilayah timur Jepang tidak hanya menyebabkan bencana besar, tetapi juga menggeser sumbu rotasi Bumi. Dampaknya, hari-hari di Bumi menjadi sedikit lebih singkat.

Gempa tersebut, yang menjadi salah satu yang terkuat dalam sejarah Jepang, memindahkan poros Bumi sekitar 17 sentimeter dan kemungkinan memindahkan pulau utama hingga 2,4 meter. Peristiwa ini, seperti beberapa gempa besar lainnya, memengaruhi cara Bumi berputar.

Dr. Richard Gross dari NASA Jet Propulsion Laboratory menjelaskan bahwa gempa bumi bisa mengubah kecepatan putaran Bumi dengan mengatur ulang massa planet. Ia menggambarkannya seperti seorang atlet seluncur es yang mempercepat putarannya dengan menarik lengannya lebih dekat ke tubuh. Prinsip yang sama berlaku pada Bumi: saat massa bergeser mendekati sumbu rotasi, perputaran menjadi lebih cepat.

Gross menggunakan model distribusi massa Bumi sebelum dan sesudah gempa serta pergerakan patahan untuk menghitung dampaknya terhadap rotasi. Dengan hukum kekekalan momentum sudut, ia mampu memperkirakan bagaimana perubahan massa tersebut memengaruhi panjang hari.

Secara keseluruhan, gempa Jepang 2011 mempercepat rotasi Bumi sekitar 1,8 mikrodetik. Sebagai perbandingan, gempa besar di Aceh pada 2004 menyebabkan percepatan sekitar 2,68 mikrodetik. International Earth Rotation and Reference Systems Service akan terus memantau perkembangan ini dan memberikan konfirmasi seberapa singkat hari-hari di Juli dan Agustus 2025, sekaligus memastikan apakah rekor baru akan tercipta.

3 Hari ini Lebih Cepat di Juli-Agustus 2025
Rotasi Bumi Makin Cepat di Juli–Agustus 2025
Share: