Jangan Tampilkan Lagi Ya, Saya Mau!

4 Fakta Asli dan Asal Mula Legenda Kuntilanak

4 Fakta Asli dan Asal Mula Legenda Kuntilanak

DetikPulsa – Asal Mula Legenda Kuntilanak, Kuntilanak sering digambarkan sebagai sosok perempuan yang meninggal dengan meninggalkan rasa penasaran dan arwahnya berkeliaran untuk mencari keadilan.

Antropolog Jerman Ungkap Fakta Mengejutkan di Balik Asal-Usul Kuntilanak, Begini Penjelasannya - KapanLagi.com

4 Fakta Asli dan Asal Mula Legenda Kuntilanak

Ciri khas Kuntilanak yang melekat pada sosok ini hampir selalu sama: berambut panjang terurai, mengenakan gaun putih panjang, dan muncul dalam suasana mencekam.

Kisah mengenai kuntilanak sebagai hantu perempuan telah lama beredar, baik melalui cerita rakyat maupun film dan kisah horor modern yang terus memperkuat citranya di masyarakat.

Asal Kuntilanak

Antropolog asal Jerman, Timo Duile, dari Departemen Kajian Asia Tenggara di Universitas Bonn, meneliti keterkaitan legenda kuntilanak dengan sejarah berdirinya Kota Pontianak.

Dalam studinya berjudul Kuntilanak Ghost Narratives and Malay Modernity in Pontianak, Indonesia, Timo menjelaskan bahwa kisah ini berawal dari kedatangan Syarif Abdurrahim, bangsawan keturunan Arab, pada tahun 1771.

Syarif memperoleh lahan di pertemuan beberapa sungai besar di delta Sungai Kapuas—lokasi penting di jalur perdagangan dari pedalaman Kalimantan.

Namun, kawasan tersebut saat itu dikenal berbahaya karena menjadi tempat bersembunyinya para perompak. Untuk mengamankan wilayahnya, Syarif Abdurrahim kemudian membangun kota Pontianak sebagai benteng pertahanan.

Selain itu, daerah delta kala itu masih berupa rawa dan hutan lebat, sehingga tidak mengherankan jika muncul berbagai kisah mistis yang dikaitkan dengan arwah penghuni alam liar.

Beberapa peneliti juga menyebut nama “Pontianak” berasal dari istilah Melayu pon ti atau “pohon tinggi”, tempat yang sering diasosiasikan dengan keberadaan makhluk halus.

Dalam buku Pontianak Heritage dan Beberapa yang Berciri Khas Pontianak, disebutkan bahwa nama kota ini diyakini berasal dari hantu perempuan bernama kuntilanak.

Cerita rakyat menyebut, ketika rombongan Syarif Abdurrahim tiba di pertemuan Sungai Kapuas Besar, Kapuas Kecil, dan Sungai Landak, mereka mendengar suara aneh dan gangguan yang dianggap berasal dari hantu jahat.

Keesokan harinya, rombongan tidak melanjutkan perjalanan. Sebagai bentuk perlawanan terhadap gangguan itu, Syarif Abdurrahim menembakkan meriam untuk mengusir makhluk halus tersebut.

4 Fakta Asli dan Asal Mula Legenda Kuntilanak
Legenda Kuntilanak

Peran Perempuan sebagai Perantara

Aktivis perempuan Nadya Karima Melati, dalam tulisannya Monsterisasi Perempuan dan Monoteisme: Sebuah Perspektif Longue Duree di Jurnal Perempuan, menjelaskan bahwa kemunculan sosok hantu perempuan seperti kuntilanak tidak lepas dari perubahan kepercayaan masyarakat terhadap roh dan spiritualitas.

Ia mengutip pandangan antropolog Jeannette Marie Mageo dan Alan Howard dalam buku Spirits in Culture, History, and Mind (1996) yang menyebut bahwa munculnya agama monoteis tidak sepenuhnya menghapus kepercayaan terhadap roh, melainkan mengubah peran mereka dari entitas spiritual menjadi sosok menakutkan.

Pada masa sebelum agama monoteis hadir, roh dianggap hidup berdampingan dengan manusia dan memiliki sifat seperti manusia pada umumnya—ada yang baik, jahat, atau netral.

Dalam sistem kepercayaan tersebut, dibutuhkan perantara untuk berkomunikasi dengan dunia roh, dan perempuan sering memegang peran itu karena dianggap memiliki kekuatan spiritual, terutama melalui pengalaman biologis seperti menstruasi, atau melalui sosok seperti bissu di beberapa kebudayaan.

Namun, konsep ketuhanan dalam agama monoteisme seperti Islam dan Kristen bersifat maskulin, sehingga perlahan menggantikan peran perempuan sebagai perantara spiritual.

Kepercayaan terhadap roh pun bergeser: dewa dan dewi digantikan oleh sosok suci, sementara roh-roh yang dulu dianggap netral berubah menjadi hantu atau monster.

Nadya menambahkan bahwa upacara tradisional yang dulu berfungsi untuk berkomunikasi dengan roh kini sering dipandang sebagai tindakan kerasukan atau kesurupan.

Akibatnya, perempuan yang dulunya dihormati sebagai penjaga keseimbangan spiritual mulai dicap sebagai dukun atau penyihir, karena dianggap bisa memerintah roh.

Dalam pandangan masyarakat modern yang dipengaruhi monoteisme, perempuan akhirnya sering diidentikkan dengan kelemahan dan kerentanan terhadap roh jahat—atau bahkan digambarkan sebagai perwujudan dari roh jahat itu sendiri.

Definisi

Hantu merupakan fenomena supranatural yang dikenal dalam berbagai kebudayaan dan dipercaya oleh masyarakat di hampir seluruh penjuru dunia.

Bagi sebagian orang, kisah tentang makhluk tak kasat mata ini bukan sekadar hiburan, melainkan bagian dari keyakinan yang diwariskan turun-temurun. Survei Ipsos pada 2019 mencatat bahwa 46 persen warga Amerika Serikat benar-benar percaya pada keberadaan hantu.

Kepercayaan tersebut bahkan berkembang menjadi komunitas khusus di sejumlah universitas ternama yang fokus meneliti keberadaan makhluk halus. Contohnya komunitas di Cambridge dan Oxford, serta Society for Psychical Research yang berdiri pada 1882.

Meski begitu, hingga kini belum ada bukti ilmiah yang bisa membenarkan keberadaan hantu. Lantas, mengapa sulit untuk membuktikan bahwa mereka benar-benar ada?

Salah satu kendala utama dalam penelitian mengenai hantu adalah tidak adanya definisi yang disepakati secara universal.

Fenomena yang dikaitkan dengan makhluk ini sangat beragam, mulai dari pintu yang menutup sendiri hingga perasaan seolah didatangi arwah kerabat yang telah meninggal.

Sosiolog Dennis dan Michele Waskul pernah meneliti pengalaman orang-orang yang merasa pernah berinteraksi dengan hantu pada 2016.

“Mereka umumnya hanya yakin telah mengalami sesuatu yang tidak biasa, sulit dijelaskan, misterius, atau menakutkan,” tulis keduanya.

Pengalaman pribadi sering menjadi dasar kepercayaan terhadap makhluk halus, meski belum ada bukti yang dapat diuji secara ilmiah.

Sebagian orang meyakini hantu adalah roh yang belum bisa berpindah ke alam lain, sementara yang lain percaya mereka merupakan bentuk energi atau proyeksi dari pikiran manusia.

Namun, berbagai kontradiksi muncul: apakah hantu memiliki wujud, dapat menembus benda padat tanpa merusak, atau justru bisa menggerakkan dan melemparkan benda di sekitar?

4 Fakta Asli dan Asal Mula Legenda Kuntilanak
Hantu

Teknologi

Sebagian peneliti berpendapat bahwa keterbatasan teknologi menjadi alasan utama sulitnya menemukan bukti konkret tentang hantu.

Para pemburu makhluk halus biasanya menggunakan berbagai alat yang diadaptasi dari film seperti Ghostbusters, misalnya Geiger counter, detektor medan elektromagnetik (EMF), sensor ion, kamera infra merah, hingga mikrofon ultra sensitif.

Meski terkesan ilmiah, belum ada satu pun alat tersebut yang benar-benar membuktikan keberadaan entitas gaib.

Dalam artikel berjudul Things That Go Bump in the Literature: An Environmental Appraisal of “Haunted Houses”, para ahli menyebut bahwa hasil penelitian tentang rumah berhantu sering kali tidak konsisten dan lemah secara metodologis.

Cocoklogi teori Einstein dan kekekalan energi

Sebagian pemburu hantu mencoba mengaitkan teori ilmiah dengan dunia spiritual. Salah satu yang sering digunakan adalah gagasan Albert Einstein tentang kekekalan energi.

Penulis dan peneliti paranormal John Kachuba dalam bukunya Ghosthunters (2007) menuliskan bahwa energi di alam semesta bersifat tetap dan tidak bisa diciptakan maupun dimusnahkan.

“Jadi, apa yang terjadi dengan energi itu ketika kita mati? Jika tidak hilang, mungkinkah ia berubah menjadi bentuk lain—seperti hantu?” tulisnya.

Gagasan serupa juga disampaikan oleh kelompok Tri County Paranormal, yang menafsirkan energi dalam tubuh manusia—seperti listrik yang menggerakkan jantung dan paru-paru—akan bertransformasi setelah kematian.

Namun, pandangan ini memiliki kelemahan mendasar. Dalam kenyataannya, energi dalam tubuh manusia setelah kematian berpindah ke lingkungan sekitar.

Saat seseorang meninggal, energi panas dalam tubuhnya menyebar ke udara, sementara sisa energi kimia dimanfaatkan oleh organisme lain seperti bakteri, cacing, atau tumbuhan.

Pada proses kremasi, energi tersebut berubah menjadi panas dan cahaya. Sebagian besar energi itu akan kembali ke alam dalam waktu lama, sementara sisanya menghilang segera setelah kematian terjadi.

4 Fakta Asli dan Asal Mula Legenda Kuntilanak
Al Kadriyah, Kesultanan Ba’alawi Buatan Belanda di Pontianak
Share: