2 Fakta Sejarah Bendera Jolly Roger yang Heboh, Menjelang peringatan HUT RI ke-80, muncul fenomena unik di tengah masyarakat, yakni pengibaran bendera Jolly Roger yang identik dengan lambang bajak laut di anime One Piece.
2 Fakta Sejarah Bendera Jolly Roger yang Heboh
Bendera Bajak Laut Jolly Roger bergambar tengkorak memakai topi jerami itu terlihat berkibar di bawah bendera Merah Putih di berbagai daerah.
Bendera tersebut merupakan simbol kru Bajak Laut Topi Jerami (Straw Hat Pirates) dalam karya Eiichiro Oda.
Kelompok ini dipimpin oleh Monkey D. Luffy, tokoh utama One Piece, yang berlayar mengibarkan Jolly Roger di kapalnya untuk mewujudkan impian menjadi bajak laut terkuat sepanjang masa.
Sejarah Bendera Jolly Roger
Secara historis, Jolly Roger sudah digunakan sejak era kejayaan bajak laut Eropa dan Karibia. Dalam dunia pelaut, bendera ini menjadi penanda ancaman, simbol perlawanan, sekaligus sarana menakut-nakuti lawan.
Asal usul nama Jolly Roger sendiri memiliki beberapa versi. Ada yang meyakini berasal dari bahasa Prancis “Jolie Rouge” yang berarti “Merah Indah”, sementara versi lain menyebutnya berasal dari istilah “Old Roger” yang dulu digunakan untuk menyebut iblis.
Menurut Alfi Rahmadi, pendiri Indonesiasentris Foundation, Jolly Roger dalam sejarah melambangkan ancaman kematian sekaligus keberanian, kebebasan, dan sikap menentang penindasan dari rezim politik maupun kekuasaan yang absolut.
Makna Simbolik Bendera Jolly Roger
Bendera Jolly Roger kerap diidentikkan dengan simbol perlawanan terhadap tatanan yang mapan. Pada masa lalu, bendera ini dipasang oleh para bajak laut sebagai bentuk protes terhadap ketidakadilan yang dilakukan kerajaan, seperti tergambar dalam film Pirates of The Caribbean.
Menurut Alfi, makna simbolis sekaligus nilai historis bendera One Piece mencerminkan sikap menentang ketidakadilan. Pengibaran Jolly Roger versi One Piece dianggap sebagai wujud protes sekelompok orang terhadap ketidakadilan yang telah berlangsung turun-temurun di tanah air.
Ia menilai, jika fenomena ini hanya muncul di satu wilayah, sifatnya cenderung kasuistik. Namun, jika terjadi di banyak daerah, hal tersebut bisa mengindikasikan adanya gerakan terkoordinasi yang digunakan sebagai simbol kebebasan sekaligus penolakan terhadap ketidakadilan.
Alfi juga tidak sependapat dengan pandangan sejumlah politisi yang menganggap fenomena ini bukan ancaman dan sekadar kebebasan berekspresi.
Menurutnya, kejadian ini justru menunjukkan lemahnya peran negara dan pemerintah dalam menjalankan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta rendahnya kesadaran masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Ia menambahkan, daripada memperdebatkan apakah pengibaran bendera One Piece mengandung unsur makar atau tidak, sebaiknya pemerintah menjadikannya sebagai bahan evaluasi terhadap konsep dan praktik bernegara.
Pendidikan kewarganegaraan, politik, dan bela negara yang dijalankan di seluruh lapisan lembaga negara, pemerintahan, maupun masyarakat, perlu dirumuskan ulang oleh MPR secara menyeluruh demi tercapainya tujuan jangka panjang Indonesia Emas 2045.
